Studi Kasus
KEKERASAN SEKSUAL YANG DILAKUAN ANAK-ANAK TERHADAP
TEMAN SEBAYANYA ANALISIS TEORI PERKEMBANGAN ANAK
Dosen
Pengampu : Dr.Maemonah, M.Pd
Kelompok 5
Itsnani
Nurhamidah 14480067
An Nisaa Damayanti 14480068
Dyah Ratna Oktivina 14480069
Dyah Ratna Oktivina 14480069
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016
A. Pendahuluan
Perkembangan
anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh
kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.
Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka. Dan kelak, orangtua juga yang akan mengalami penyesalan yang mendalam.
Dampak negatif dari perkembangan anak yang kurang perhatian dari orang tuanya adalah anak menjadi nakal dan susah diatur. Dan dampak lain yang ditimbulkan adalah perusakan moral yang dialami anak yang kemungkinan diakibatkan dari salah bergaul dan berteman. Dan akhirnya, anak-anak inilah yang membawa dampak buruk bagi teman-temannya.
Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka. Dan kelak, orangtua juga yang akan mengalami penyesalan yang mendalam.
Dampak negatif dari perkembangan anak yang kurang perhatian dari orang tuanya adalah anak menjadi nakal dan susah diatur. Dan dampak lain yang ditimbulkan adalah perusakan moral yang dialami anak yang kemungkinan diakibatkan dari salah bergaul dan berteman. Dan akhirnya, anak-anak inilah yang membawa dampak buruk bagi teman-temannya.
B. Kerangka Teori
a) Teori
lingkungan bersifat sosiologis. Teori ini beranggapan bahwa sesudah tahun
pertama, potensi untuk melakukan tingkah laku yang lebih tinggi tidak
tergantung dari perubahan spontan dan struktur diri organisme, melainkan
tergantung pada apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik tepat.
b) Teori
Interaksionisme
Istilah interaksionisme menunjuk pada pengertian
interaksi yaitu pengaruh timbal balik. Interaksi mengandung arti bahwa orang
dengan mengadakan reaksi dan aksi ikut memberikan bentuk pada dunia luar.
Aspek Perkembangan[2]
a) Perkembangan Emosi
Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah
maupun pada tingkat yang luas (mendalam)[3]
b)
Perkembangan
Sosial
Perkemabangan social anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
bimbingan
orangtua terhadap anak dalam mengenalkan
berbagai aspek kehidupan social.
c) Perkembangan Kepribadian
Kepribadian diartikan sebagai “kualitas
perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan secara unik” (Abin Syamsuddin Makmun, 1996)
d) Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak
dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral
lingkungannya,
e) Perkembangan Agama
Jiwa beragama atau kesadaran beragama
merujuk pada aspek rohaniah individu yang berjaitan dengan keimanan kepada
Allah yang direfleksikan kedalam peribadatan kepada-Nya baik yang bersifat
habluminallah maupun hablumminannas
C. Kasus
Laporan Wartawan
Tribun Medan / Jefri Susetio Rabu,
15 Oktober 2014TRIBUN-MEDAN.com,
MEDAN – Psikolog Pendidikan Kota Medan, Irna Minauli
mengatakan tidak sedikit orangtua beranggapan bahwa kenakalan anak merupakan
persoalan yang wajar. Padahal, kenakalan pada anak merupakan tindakan yang
tidak wajar, lantaran anak yang normal tidak berprilaku menyakitkan orang lain.
"Kasus yang terjadi di SD Percobaan merupakan kasus yang unik, lantaran
biasanya pelaku kasus kekerasan seksual dilakoni orang dewasa. Sekarang
sesama-sama anak-anak telah melakukan tindakan tersebut. Sehingga, perilaku
terduga itu sudah tidak normal," katanya saat dikonfirmasi, via selular,
Rabu (15/10/2014).
Dia mengemukakan setiap anak yang telah berprilaku
tidak baik, kecenderungan menjadi pelawan kepada orangtua, sering berbohong,
kerap bolos ke sekolah, menyontek, serta menganggu binatang hingga melakukan
kekerasan fisik. Oleh karena itu, seorang akan tersebut perlu mendapat
perhatian secara serius. "Sebenarnya tak ada literatur yang menyatakan
perilaku bullying secara fisik. Tidak ada literatur seksual bullying, pada
umumnya orang dewasa terhadap anak-anak, peristiwa ini terjadi abnormal.
Baginya tindakan tersebut sangat nakal.
Selain itu, besar dugaan terduga pelaku kekerasan
gangguan perilaku," ujarnya. Ia mengungkapkan apabila tindakan perilaku
terus dibiarkan, maka akan melahirkan gangguan anti sosial, ataupun dikenal
spikopat. Maka dari itu, besar kemungkinan kedepan anak-anak tersebut tak punya
empati. Tak hanya itu, kemarahan dari anak-anak tersebut sangat besar. Bahkan
kerap bermusuhan kepada oranglain. "Banyak faktor yang menyebabkan
perilaku tersebut seperti salah pola asu, kemudian orangtua kurang melakukan
pengawasan, kemudian pihak sekolah membiarkan perilaku bullying. Apalagi, tidak
jarang kelakuan tersebut semakin marak karena para pelaku didukung oleh
teman-teman yang melakukan pembiaran," katanya.
Selain itu, lanjut dia, setiap anak korban dari bullying
kerap memperlihatkan perilaku yang tak wajar seperti tidak ingin pergi ke
sekolah, kerap meminta uang jajan yang lebih besar. Bahkan, terparah anak kerap
mimpi buruk. Oleh sebab itu, perlu kiranya melakukan berbagai upaya terapi
serta memberikan semangat. "Saya berharap pelaku mendapatkan sanksi yang
setimpal, bahkan para siswa yang melakukan pembiaran juga mendapatkan hukuman.
Apalagi para korban telah trauma, sehingga tak ada kesan melakukan
pembiaran," ungkapnya[4].
D.
Analisis Kasus
1.
Teori Lingkungan
Kasus ini jdipengaruhi karena
pengaruh lingkungan yang kurang baik yang mendominasi di sekitar kehidupan
anak. Seperti dalam teori lingkungan, potensi untuk melakukan tingkah laku yang
lebih tinggi tergantung pada apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik tepat.
Lingkungan akan memperngaruhi perkembangan anak. Penyimpangan kelakuan pada
anak bisa terjadi karena lingkungan tempat tinggalnya yang bebas akan nilai dan
norma yang baik. Disamping itu, tidak adanya kontrol dari orangtua tentang
perkembangan dan pergaulan anak. Pada kasus ini, teman-teman si korban
membiarkan pelaku dengan leluasa berbuat tidak baik terhadap korban. Sehingga,
ada rasa aman yang dirasakan oleh pelaku karena tidak ada yang
mencegahnya. Hal ini juga menjadi
masalah karena tidak adanya norma dan nilai yang melekat pada diri anak-anak ini.
2.
Teori
interaksionisme
Teori ini akan berpengaruh pada
perkembangan emosi, sosial dan kepribadiannya. Anak akan berkembang sesuai apa
yang ia pelajari dan ia dapati. Anak yang menjadi pelaku dalam kasus ini masih
memliki emosi yang belum stabil. Ia akan berfikir untuk melampiaskan apa-apa yang
ia mau terhadap lingkungannya, entah itu bernilai baik atau buruk. Maka berpengaruh
pula pada sosialisasinya dengan lingkungan maupun berpengaruh pada
kepribadiannya.
3.
Aspek
Perkembangan Emosi
Dipandang dari aspek perkembangan emosi, anak
itu memiliki cir-ciri emosi yang berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba,
terlihat lebih hebat dan kuat, bersifat sementara, jadi anak-anak yang
melakukan bullying dilihat dari segi emosi merupakan anak-anak yang kurang bisa
mengontrol rasa benci dan sakit hati serta hasratnya untuk melakukan
penyimpangan seksualitas, emosi juga akan mempengaruhi perilku anak-anak.
Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan
mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang
lain. Ketika anak-anak melakukan suatu penyimpanagn soaial berupa kekerasan
seksual kepada teman sebayanya ada kemungkinan ia mendapat perlakuan yang
kurang baik dari lingkungannya, maka terbentuklah emosi yang kurang baik dari
si diri anak. Hal ini kemudian memacu anak untuk melakukan tindakan tersebut. Dari
segi korban jika dipandang dari aspek emosinya, kejadian itu juga akan
mempengaruhi perilakunya seperti, menghambat dan membantu proses belajar karena
anak mengalami ketegangan emosi akibat traumatis yang tinggi terhadap kejadian
yang menimpanya
4.
Aspek
Perkembangan Sosial
Dilihat
dari perkembangan social anak yang melakukan penyimpangan social kepada teman
sebayanya pastilah tidak memiliki interaksi yang baik di keluarga, sekolah dan
masyarakat karena kurangnya pengajaran dan pengaruh buruk dari agen
sosialisasi. Keluarga kurang bisa berkomunikasi dengan anak secara baik.
5.
Aspek
Perkembangan Kepribadian
Anak yang melakukan penyimpangan social
seperti ini jika dipandang dari perkembangan kepribadian merupakan anak yang memiliki ketidaksanggupan menyerap norma-norma
kebudayaan ke dalam kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan
perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang
menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi
tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Maka terbentuklah
kepribadian yang tidak sesuai dengan yang seharusnya.
6.
Aspek
Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak
dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari
orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai tersebut. ketika anak melakukan suatu pelanggaran moral maka
pastilah ada yang salah dengan agen sosialisasinya, Tahap anak-anak adalah
tahap yang paling ideal untuk agen sosialisasi menyisipi dan menumbuhkan norma
yang baik, perilaku yang baik dan hal-hal yang sejalan dengan aturan dan norma
yang berlaku di masayarakat agar menjadi kebiasaan yang mendarah daging.
Refrensi
Yusuf,
Sayamsu.2014.Psikologi Perkembangan anak dan Remaja, Bandung:
Rosdakarya.
Haditono,Siti
Rahayu.2006.Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
[1] Siti HaditonoRahayu.Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press,2006).hlm.5-30