Wednesday, May 25, 2016

Psikologi Perkembangan Anak dan HAM

Studi Kasus
KEKERASAN SEKSUAL YANG DILAKUAN ANAK-ANAK TERHADAP TEMAN SEBAYANYA ANALISIS TEORI PERKEMBANGAN ANAK
Dosen Pengampu        : Dr.Maemonah, M.Pd














Kelompok 5
Itsnani Nurhamidah                    14480067
An Nisaa Damayanti                   14480068
Dyah Ratna Oktivina                  14480069



PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016

A.    Pendahuluan
        Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.
Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka. Dan kelak, orangtua juga yang akan mengalami penyesalan yang mendalam.
Dampak negatif dari perkembangan anak yang kurang perhatian dari orang tuanya adalah anak menjadi nakal dan susah diatur. Dan dampak lain yang ditimbulkan adalah perusakan moral yang dialami anak yang kemungkinan diakibatkan dari salah bergaul dan berteman. Dan akhirnya, anak-anak inilah yang membawa dampak buruk bagi teman-temannya.

B.    Kerangka Teori
Teori Perkembangan[1] :
a)     Teori lingkungan bersifat sosiologis. Teori ini beranggapan bahwa sesudah tahun pertama, potensi untuk melakukan tingkah laku yang lebih tinggi tidak tergantung dari perubahan spontan dan struktur diri organisme, melainkan tergantung pada apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik tepat.
b)     Teori Interaksionisme
Istilah interaksionisme menunjuk pada pengertian interaksi yaitu pengaruh timbal balik. Interaksi mengandung arti bahwa orang dengan mengadakan reaksi dan aksi ikut memberikan bentuk pada dunia luar.
Aspek Perkembangan[2]
a)     Perkembangan Emosi
Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas (mendalam)[3]
b)     Perkembangan Sosial
Perkemabangan social anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan
orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan social.
c)      Perkembangan Kepribadian  
Kepribadian diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik” (Abin Syamsuddin Makmun, 1996)
d)     Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral lingkungannya,
e)     Perkembangan Agama
Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk pada aspek rohaniah individu yang berjaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan kedalam peribadatan kepada-Nya baik yang bersifat habluminallah maupun hablumminannas  

C.    Kasus
Laporan Wartawan Tribun Medan / Jefri Susetio Rabu, 15 Oktober 2014TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN –  Psikolog Pendidikan Kota Medan, Irna Minauli mengatakan tidak sedikit orangtua beranggapan bahwa kenakalan anak merupakan persoalan yang wajar. Padahal, kenakalan pada anak merupakan tindakan yang tidak wajar, lantaran anak yang normal tidak berprilaku menyakitkan orang lain. "Kasus yang terjadi di SD Percobaan merupakan kasus yang unik, lantaran biasanya pelaku kasus kekerasan seksual dilakoni orang dewasa. Sekarang sesama-sama anak-anak telah melakukan tindakan tersebut. Sehingga, perilaku terduga itu sudah tidak normal," katanya saat dikonfirmasi, via selular, Rabu (15/10/2014).
Dia mengemukakan setiap anak yang telah berprilaku tidak baik, kecenderungan menjadi pelawan kepada orangtua, sering berbohong, kerap bolos ke sekolah, menyontek, serta menganggu binatang hingga melakukan kekerasan fisik. Oleh karena itu, seorang akan tersebut perlu mendapat perhatian secara serius. "Sebenarnya tak ada literatur yang menyatakan perilaku bullying secara fisik. Tidak ada literatur seksual bullying, pada umumnya orang dewasa terhadap anak-anak, peristiwa ini terjadi abnormal. Baginya tindakan tersebut sangat nakal.
Selain itu, besar dugaan terduga pelaku kekerasan gangguan perilaku," ujarnya. Ia mengungkapkan apabila tindakan perilaku terus dibiarkan, maka akan melahirkan gangguan anti sosial, ataupun dikenal spikopat. Maka dari itu, besar kemungkinan kedepan anak-anak tersebut tak punya empati. Tak hanya itu, kemarahan dari anak-anak tersebut sangat besar. Bahkan kerap bermusuhan kepada oranglain. "Banyak faktor yang menyebabkan perilaku tersebut seperti salah pola asu, kemudian orangtua kurang melakukan pengawasan, kemudian pihak sekolah membiarkan perilaku bullying. Apalagi, tidak jarang kelakuan tersebut semakin marak karena para pelaku didukung oleh teman-teman yang melakukan pembiaran," katanya.
Selain itu, lanjut dia, setiap anak korban dari bullying kerap memperlihatkan perilaku yang tak wajar seperti tidak ingin pergi ke sekolah, kerap meminta uang jajan yang lebih besar. Bahkan, terparah anak kerap mimpi buruk. Oleh sebab itu, perlu kiranya melakukan berbagai upaya terapi serta memberikan semangat. "Saya berharap pelaku mendapatkan sanksi yang setimpal, bahkan para siswa yang melakukan pembiaran juga mendapatkan hukuman. Apalagi para korban telah trauma, sehingga tak ada kesan melakukan pembiaran," ungkapnya[4].
D.    Analisis Kasus
1.     Teori  Lingkungan
Kasus ini jdipengaruhi karena pengaruh lingkungan yang kurang baik yang mendominasi di sekitar kehidupan anak. Seperti dalam teori lingkungan, potensi untuk melakukan tingkah laku yang lebih tinggi tergantung pada apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik tepat. Lingkungan akan memperngaruhi perkembangan anak. Penyimpangan kelakuan pada anak bisa terjadi karena lingkungan tempat tinggalnya yang bebas akan nilai dan norma yang baik. Disamping itu, tidak adanya kontrol dari orangtua tentang perkembangan dan pergaulan anak. Pada kasus ini, teman-teman si korban membiarkan pelaku dengan leluasa berbuat tidak baik terhadap korban. Sehingga, ada rasa aman yang dirasakan oleh pelaku karena tidak ada yang mencegahnya.  Hal ini juga menjadi masalah karena tidak adanya norma dan nilai yang melekat pada diri anak-anak ini.
2.     Teori interaksionisme
Teori ini akan berpengaruh pada perkembangan emosi, sosial dan kepribadiannya. Anak akan berkembang sesuai apa yang ia pelajari dan ia dapati. Anak yang menjadi pelaku dalam kasus ini masih memliki emosi yang belum stabil. Ia akan berfikir untuk melampiaskan apa-apa yang ia mau terhadap lingkungannya, entah itu bernilai baik atau buruk. Maka berpengaruh pula pada sosialisasinya dengan lingkungan maupun berpengaruh pada kepribadiannya.
3.     Aspek Perkembangan Emosi
    Dipandang dari aspek perkembangan emosi, anak itu memiliki cir-ciri emosi yang  berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat lebih hebat dan kuat, bersifat sementara, jadi anak-anak yang melakukan bullying dilihat dari segi emosi  merupakan anak-anak yang kurang bisa mengontrol rasa benci dan sakit hati serta hasratnya untuk melakukan penyimpangan seksualitas, emosi juga akan mempengaruhi perilku anak-anak. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Ketika anak-anak melakukan suatu penyimpanagn soaial berupa kekerasan seksual kepada teman sebayanya ada kemungkinan ia mendapat perlakuan yang kurang baik dari lingkungannya, maka terbentuklah emosi yang kurang baik dari si diri anak. Hal ini kemudian memacu anak untuk melakukan tindakan tersebut. Dari segi korban jika dipandang dari aspek emosinya, kejadian itu juga akan mempengaruhi perilakunya seperti, menghambat dan membantu proses belajar karena anak mengalami ketegangan emosi akibat traumatis yang tinggi terhadap kejadian yang menimpanya
4.     Aspek Perkembangan Sosial
      Dilihat dari perkembangan social anak yang melakukan penyimpangan social kepada teman sebayanya pastilah tidak memiliki interaksi yang baik di keluarga, sekolah dan masyarakat karena kurangnya pengajaran dan pengaruh buruk dari agen sosialisasi. Keluarga kurang bisa berkomunikasi dengan anak secara baik.
5.     Aspek Perkembangan Kepribadian
      Anak yang melakukan penyimpangan social seperti ini jika dipandang dari perkembangan kepribadian merupakan anak yang memiliki ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Maka terbentuklah kepribadian yang tidak sesuai dengan yang seharusnya.
6.     Aspek Perkembangan Moral
      Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. ketika anak melakukan suatu pelanggaran moral maka pastilah ada yang salah dengan agen sosialisasinya, Tahap anak-anak adalah tahap yang paling ideal untuk agen sosialisasi menyisipi dan menumbuhkan norma yang baik, perilaku yang baik dan hal-hal yang sejalan dengan aturan dan norma yang berlaku di masayarakat agar menjadi kebiasaan yang mendarah daging.

Refrensi
Yusuf, Sayamsu.2014.Psikologi Perkembangan anak dan Remaja, Bandung: Rosdakarya.
Haditono,Siti Rahayu.2006.Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.





[1] Siti HaditonoRahayu.Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,2006).hlm.5-30

[2] Sayamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan anak dan Remaja,( Bandung: Rosdakarya. 2014)hlm.2-22

[3] Ibid,.hlm.3
[4] Laporan Wartawan Tribun Medan / Jefri Susetio Rabu, 15 Oktober 2014TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN